tag:blogger.com,1999:blog-4432348533165132962024-03-14T10:21:42.078+07:00Life is Only TemporaryWhen the hope meets the realityUnknownnoreply@blogger.comBlogger293125tag:blogger.com,1999:blog-443234853316513296.post-82015200255097258682022-01-05T09:05:00.005+07:002022-01-05T09:07:47.955+07:00PenyesalanPerasaan menyakitkan itu kembali datang ketika foto - foto lama bertebaran. <div><br /></div><div>Foto itu seolah mengatakan semua kesalahan dan penyesalan yang kulakukan.</div><div><br /></div><div>Ah, seharusnya kukatakan apa yang sebenarnya terjadi.<br /></div><div><br />Seharusnya aku mau lebih terbuka. </div><div><br />Kata seharusnya menjadi hal yang menakutkan.</div><div><br /></div><div>Dan rasa penyesalan itu terus menghantui. </div><div><br /></div><div>Maaf, penyesalan ini akan selalu ada.</div><div><br /></div><div>-Hikari-</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-443234853316513296.post-43335329469783922282021-02-28T19:44:00.000+07:002021-02-28T19:44:53.556+07:00Kamu Tahu<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-VwgENE8eAWA/YDuPdzfpN-I/AAAAAAAA6eg/6ztrOoKuTrwaTm-WNXjakj1MI_gNKFTJgCLcBGAsYHQ/s2048/IMG_20191222_130150.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="300" src="https://1.bp.blogspot.com/-VwgENE8eAWA/YDuPdzfpN-I/AAAAAAAA6eg/6ztrOoKuTrwaTm-WNXjakj1MI_gNKFTJgCLcBGAsYHQ/w400-h300/IMG_20191222_130150.jpg" width="400" /></a></div><br /><p></p><p><br /></p><p>Kamu tahu benar, terkadang hidup ini memang tak jelas.</p><p>Apa yang sudah kamu usahakan sebaik mungkin ternyata gagal atau hilang begitu saja</p><p>Sebaliknya, kamu juga dipenuhi dengan banyak kejutan yang tidak disangka</p><p><br /></p><p>Kamu tahu benar, apa yang membuatmu terluka</p><p>Bukan orang lain atau suatu benda</p><p>Tapi dirimu sendiri</p><p><br /></p><p>Kamu tahu benar, harapanmu terlalu jauh</p><p>Hingga tanpa sadar kamu mendekati jurang</p><p>Terlambat, kamu sadar ketika dirimu sudah jatuh semakin dalam</p><blockquote><p><br /></p></blockquote><p>Tapi, kamu juga tahu, lembaran cerita tetap masih bisa dibuka</p><p>Selama kamu masih mau menulis</p><p>Banyak pilihan kata dan warna tinta yang bisa kamu gunakan</p><p><br /></p><p>Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan</p><p>Tapi, kamu tak mau melakukannya</p><p><br /></p><p><br /></p><p>-Hikari-<br /></p><p><br /></p>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-443234853316513296.post-35983992609337507262020-12-16T10:32:00.002+07:002020-12-16T10:32:30.420+07:00Langit Senja<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-dGBsFAoDzSk/X9l_wC6CujI/AAAAAAAA4RM/TEL65iYYsDwjZ5qyDwQuEpiZD20oq4FfwCPcBGAsYHg/s4032/IMG_20201130_174930.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2268" data-original-width="4032" height="225" src="https://1.bp.blogspot.com/-dGBsFAoDzSk/X9l_wC6CujI/AAAAAAAA4RM/TEL65iYYsDwjZ5qyDwQuEpiZD20oq4FfwCPcBGAsYHg/w400-h225/IMG_20201130_174930.jpg" width="400" /></a></div><br /> <p></p><p><br /></p><p><br /></p><p>Aku tahu, senja bagimu adalah segalanya</p><p>Meski ia datang dengan begitu lama dan pergi begitu cepat</p><p>Kamu akan tetap menunggu</p><p><br /></p><p>Aku tahu, senja bagimu adalah inspirasi</p><p>Ia akan memberimu ide</p><p>Hingga mengubahmu menjadi pujangga nan puitis</p><p><br /></p><p>Tapi, apa kamu tahu?</p><p>Senja bagiku adalah luka</p><p>Luka tentang perpisahan</p><p>Luka tentang kekecewaan</p><p>dan luka dari orang yang ditinggalkan</p><p><br /></p><p>Senja. </p><p>Dia hanya datang beberapa saat</p><p>Menawarkan keindahan </p><p>Untuk kemudian pergi</p><p>Membawa segala rasa kesedihan dan penyesalan</p><p><br /></p><p><br /></p><p>-Hikari-</p>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-443234853316513296.post-43430008078028505562020-04-01T18:28:00.001+07:002020-04-01T18:28:55.566+07:00Ada yang berbedaAda yang berbeda<br />
Tak nampak lalu lalang kendaraan melintas<br />
Tentu saja ini berbeda<br />
Di kota yang tak pernah tidur ini<br />
Keheningan menjadi sangat mengecam<br />
<br />
Ada yang berbeda<br />
Tak bisa kau dengar riuh suara para murid ketika belajar dan bermain<br />
Kamu bahkan hanya bisa melihat<br />
Gerbang sekolah yang tertutup rapat<br />
<br />
Ada yang berbeda<br />
Tak bisa kau dengar suara mahasiswa berorasi<br />
Atau riuh rendah ketika minggu depan ujian<br />
Bahkan, gerbang universitas telah tertutup<br />
<br />
Ada yang berbeda<br />
Kamu tak bisa menemukan<br />
Ramai anak kecil belajar Al Qur'an<br />
Bahkan kamu bisa melihat<br />
Masjid telah ditutup<br />
<br />
Ada yang berbeda<br />
Lafadz adzan yang dikumandangkan<br />
Tak ada lagi ajakan sholat di masjid<br />
Yang ada, ajakan sholat di rumah<br />
<br />
Ada yang berbeda<br />
Langit terlihat lebih bersih<br />
Polusi udara tak terlalu mengganggu<br />
Burung bebas bertebangan<br />
Itik dan ikan bebas berenang<br />
<br />
Kamu tahu yang kupikirkan?<br />
Entah sampai kapan ini akan berlangsung<br />
Hanya saja, ini membuatku bertanya<br />
Seberapa besar kerusakan yang telah manusia perbuat<br />
<br />
Ada yang berbeda<br />
Entah bagaimana kami menyambut Ramadhan tahun ini<br />
Atau entah apakah kami bisa bertemu dengan Ramadhan tahun ini<br />
<br />
Ada yang berbedaUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-443234853316513296.post-39322241018976095052020-04-01T18:15:00.000+07:002020-04-01T18:18:40.505+07:00Rasa Sakit<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-kg61fyp0IsQ/XoR4dGVr5dI/AAAAAAAAuyU/kNN3BWo3z68qRbX14zt1wx5uKxFhyN1lACLcBGAsYHQ/s1600/IMG-20191222-WA0131.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="625" data-original-width="1250" height="200" src="https://1.bp.blogspot.com/-kg61fyp0IsQ/XoR4dGVr5dI/AAAAAAAAuyU/kNN3BWo3z68qRbX14zt1wx5uKxFhyN1lACLcBGAsYHQ/s400/IMG-20191222-WA0131.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<br />
Kamu tahu? Rasa sakit itu tak selamanya selalu buruk.<br />
<div>
Terkadang, manusia memang harus merasakan bagaimana rasa sakit itu. </div>
<div>
Aku tidak tahu ini benar atau salah</div>
<div>
Tapi, kupikir rasa sakit itu mampu memberikanmu sedikit kekuatan yang tak pernah terpikirkan</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kamu tahu? Aku benar-benar kehilangan ide sekarang</div>
<div>
Justru ketika tak ada kenangan menyakitkan yang datang</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Entah ini benar atau salah</div>
<div>
Beberapa waktu lalu, ketika rasa tak terima itu ada</div>
<div>
Beberapa macam tulisan bisa kubuat dengan cepat</div>
<div>
Tapi, sekarang... entah berapa kali kuhapus kalimat karena kupikir tak sesuai</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Bukan, bukannya aku ingin diberi rasa sakit kembali</div>
<div>
Atau tak bersyukur atas keadaan yang membaik</div>
<div>
Tapi, aku hanya berpikir, </div>
<div>
Ada banyak hal yang harus disyukuri </div>
<div>
Meskipun itu dalam keadaan paling buruk sekalipun</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kamu tahu?</div>
<div>
Kubilang saat ini tak ada kenangan yang menyakitkan datang</div>
<div>
Tapi, ada ketakutan yang membuncah</div>
<div>
Ketakutan yang bahkan tak bisa kubayangkan</div>
<div>
Ketika tak tahu lagi apa yang akan terjadi besok</div>
<div>
Ketika rasa tak aman itu selalu menghantui</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Semoga ini pun segera berlalu</div>
<div>
Aku hanya berharap, tulisan tulisan bisa kubuat</div>
<div>
Dalam keadaan yang baik</div>
<div>
Bukan karena rasa sakit atau ketakutan</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-443234853316513296.post-86855994221669146282019-06-25T14:03:00.002+07:002019-06-25T14:03:57.495+07:00Garis ParalelKamu tahu tentang garis paralel?<br />
Dua garis yang tak akan pernah bertemu meskipun diperpanjang hingga tak terhingga.<br />
Menyedihkan bukan?<br />
Dalam bidang yang sama, tapi tak akan bertemu.<br />
<br />
Bukankah kita mirip dengan itu?<br />
Pikiran kita sama, tapi tak akan ada titik temu.<br />
Jalan hidup kita mirip, tapi tak bisa disatukan.<br />
<br />
Dua garis paralel yang menyedihkan.<br />
<br />
-Hikari-Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-443234853316513296.post-5341708802621785522019-01-03T12:01:00.001+07:002019-01-03T12:38:32.749+07:00Lembar UjianRintik hujan menemani suara <i>keyboard</i> dari sebuah <i>laptop </i>tua. Deretan baris tulisan tertera di atas layarnya. Beberapa paket ujian telah selesai dibuat. Derita seorang mahasiswa pendidikan semester 6 adalah PPL yang menguras tak hanya keringat tapi juga pikiran dan batin. Menghadapi anak-anak SMA yang <i> notabene</i> masih dalam tahap pubertas dengan rentang usia yang tidak terpaut jauh darinya. Ditambah tuntutan administrasi sekolah dan seperangkat alat pembelajaran yang harus ia buat. Kini, ia mengerti, kenapa banyak guru yang justru sering mengosongkan jam pelajaran. Tuntutan administrasi yang sangat banyak itu alasannya.<br />
<br />
<br />
Sembari mengumpulkan imajinasi dan kreatifitas bagaimana membuat beberapa paket soal yang berbeda untuk tiap kelas, pikirannya bertanya," Bukankah paket soal berbeda itu mirip dengan kehidupan manusia?"<br />
<br />
Seorang temannya sering berkata, " Jangan kamu iri dengan kehidupan seseorang. Kita tak pernah tahu apa yang telah ia alami hingga ia mencapai kehidupannya sekarang."<br />
<br />
Ah, benar. Jika di dalam kelas, ia membuat soal dengan paket berbeda tetapi bobotnya sama. Itu hanya untuk mencegah praktek kecurangan yang mungkin saja terjadi. Tetapi, kehidupan manusia berbeda.<br />
<br />
Ya, kehidupan manusia itu berbeda. Setiap manusia diberi lembar ujian yang berbeda. Dengan pertanyaan yang berbeda, level yang berbeda dan tentunya jawaban yang berbeda.<br />
<br />
Maka, sangat tidaklah bijaksana ketika ada seseorang yang diuji dengan kesukaran hingga ia berkata," Kenapa aku harus mengalami semua ini? Padahal ada yang tidak bekerja keras tetapi hidupnya sangatlah mudah."<br />
Mungkin saja, dibalik kemudahannya ia justru merasa bosan atas hidupnya yang monoton.<br />
<br />
Pun, dengan orang yang diberi kemudahan lantas ia berkata," Kenapa kamu tak bisa melakukannya tepat waktu. Lihatlah aku, aku dengan mudah menyelesaikannya semua. " Padahal, ia tak tahu apa yang sudah orang lain alami dan lakukan, seberapa kerja keras mereka demi menyelesaikan sesuatu dengan segala keterbatasan.<br />
<br />
Terkadang, bukankah manusia sering diuji dengan kesukaran untuk dapat merasakan bagaimana nikmatnya terus meminta dan memohon pada Allaah. Hingga, tanpa sadar, ia semakin dekat dengan-Nya. Pun, manusia juga sering diuji dengan kemudahan. Agar ia bisa berlatih untuk selalu bersyukur dan tidak berlaku sombong pada lainnya.<br />
<br />
Ah, manusia. Hal yang sering membuat manusia terlupa adalah kesombongan dan kehilangan keyakinan atas betapa adilnya takdir yang Allaah tentukan. Hal yang sering terlupa namun teramat penting adalah bagaimana sabar itu terus diuji dan rasa syukur yang seharusnya senantiasa mengiringi.<br />
<br />
Yah, tentunya tak boleh mengeluh atas semua beban tugas ini. Toh, dibalik semua rentetan tugas administrasi tetap ada rasa bahagia melihat murid-murid itu mulai bersemangat belajar mata pelajaran yang bisa dibilang momok ini.<br />
<br />
-Hikari-<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-wschjyiGgaA/XC2XBSgcLtI/AAAAAAAAij4/PDIgOkF56o853MKFT5-o-yI1CZ041MRfwCLcBGAs/s1600/IMG_20181125_151649.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="657" data-original-width="493" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-wschjyiGgaA/XC2XBSgcLtI/AAAAAAAAij4/PDIgOkF56o853MKFT5-o-yI1CZ041MRfwCLcBGAs/s320/IMG_20181125_151649.jpg" width="240" /></a></div>
<br />Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-443234853316513296.post-37147076494016458092018-11-09T17:27:00.002+07:002018-11-09T17:28:42.997+07:00Tentang luka dan waktuSeperti musim yang terus berganti,<br />
daun yang hijau mulai menguning<br />
Atau deru angin yang mulai berputar arah<br />
<br />
Angin musim hujan mulai menyapa<br />
Menawarkan sebuah rasa kelegaan dan rindu yang semakin menjadi<br />
Tapi, nyatanya tak cukup kuat untuk menembus hati yang tertutup luka<br />
<br />
Kata orang luka akan sembuh seiring waktu berjalan<br />
Tapi, nyatanya bagi dirinya tak semudah itu<br />
Ada luka yang tertutupi<br />
Tapi tak sembuh<br />
<br />
Seperti kemarau yang berganti hujan<br />
Tak inginkah engkau mengganti luka dengan bahagia?<br />
Tak bisakah kau mengijinkan waktu untuk menyembuhkannya?<br />
<br />
Ah, ia tak bisa dipaksa<br />
<br />
-Hikari-<br />
📷MS<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-OCDzvBSMl50/W-VhUeM3vzI/AAAAAAAAh2I/lwCOIwnUYfI1UhhERcfVUEEckbjunx1VACLcBGAs/s1600/IMG-20181030-WA0005.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="657" data-original-width="310" height="320" src="https://4.bp.blogspot.com/-OCDzvBSMl50/W-VhUeM3vzI/AAAAAAAAh2I/lwCOIwnUYfI1UhhERcfVUEEckbjunx1VACLcBGAs/s320/IMG-20181030-WA0005.jpg" width="150" /></a></div>
<br />Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-443234853316513296.post-48522129900950894492018-10-09T17:07:00.000+07:002018-10-09T17:07:33.686+07:00Tentang Langit dan Penerimaan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-Qcr8WyAwwwY/W7x8MgozRVI/AAAAAAAAhhA/5iY--j8Lm6YlFgsU2-jccnwi6070sC7cgCLcBGAs/s1600/P_20180415_142641_HDR.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="608" data-original-width="1081" height="179" src="https://1.bp.blogspot.com/-Qcr8WyAwwwY/W7x8MgozRVI/AAAAAAAAhhA/5iY--j8Lm6YlFgsU2-jccnwi6070sC7cgCLcBGAs/s320/P_20180415_142641_HDR.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
Terjatuh dalam suatu fatamorgana yang tak berujung<br />
Menyedihkan. Dalam sebuah mimpi yang tak kenal rasa iba<br />
<br />
Bukan tentang hujan atau air<br />
Bukan juga tentang angin<br />
<br />
Tapi tentang langit dan penerimaan<br />
Ia yang dicemooh ketika tak lagi cantik<br />
Atau ketika hujan mendung yang suram<br />
<br />
Terjatuh dalam suatu episode cerita penuh tragedi<br />
Dalam sebuah drama yang belum pasti bagaimana akhirnya<br />
<br />
Bukan tentang matahari yang perkasa<br />
Atau tentang bumi yang diam tapi mengagetkan<br />
<br />
<br />
Tapi tentang langit dan penerimaan.<br />
Menerima bahwa ini adalah sebuah fatamorgana<br />
Hingga ia perlu segera keluar dari fatamorgana ini<br />
<br />
Tentang langit dan penerimaan<br />
Menerima bahwa ini hanyalah sebuah episode singkat<br />
<br />
<br />
Maka, seperti langit yang mengijinkan matahari untuk datang kepadanya<br />
Atau seperti langit yang membiarkan mendung mengusiknya<br />
<br />
Terima episode ini dan ubah ia menjadi episode penuh keharuan dan ketabahan.<br />
<br />
-Hikari-Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-443234853316513296.post-67891131171903149162018-09-26T13:54:00.003+07:002018-09-26T13:54:58.078+07:00Untuk Kamu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-RCJtWoAt29M/W6stJTMgsnI/AAAAAAAAhZM/qRgYD0nBIp4BHlI8UUbPY0imJtzE7Lv4QCLcBGAs/s1600/P_20180920_160351.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="900" data-original-width="1600" height="180" src="https://2.bp.blogspot.com/-RCJtWoAt29M/W6stJTMgsnI/AAAAAAAAhZM/qRgYD0nBIp4BHlI8UUbPY0imJtzE7Lv4QCLcBGAs/s320/P_20180920_160351.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
Teruntuk kamu penikmat langit fajar.<br />
Kamu hebat. Itu yang terlintas di pikiranku.<br />
Menikmati langit fajar di kala orang-orang masih terlelap.<br />
Memulai hari ketika orang-orang masih berselimut mimpi.<br />
Kamu mengagumkan.<br />
<br />
Teruntuk kamu penikmat langit ketika ia putih bersih.<br />
Aku kagum. Kamu menangkap hal kecil menjadi sesuatu yang mempesona.<br />
Aku heran. Kamu mengubah langit yang biasa menjadi sesuatu yang sangat menawan.<br />
Kamu mengagumkan.<br />
<br />
Teruntuk kamu penikmat langit senja.<br />
Kamu orang yang sangat sabar. Menunggu sesuatu yang hanya datang sebentar.<br />
Tapi, kamu punya caramu sendiri untuk menikmatinya.<br />
Kamu benar. Senja memang selalu mempesona. Tapi, hati-hatilah. Ada kewajiban yang harus kamu tunaikan setelah senja datang.<br />
<br />
Teruntuk kamu penikmat langit malam.<br />
Aku hanya mengira, mungkin kesendirian menjadi kebahagiaanmu sendiri.<br />
Mungkin keheningan lebih baik untukmu daripada sebuah hiruk pikuk yang menganggu.<br />
Tenang saja. Kamu tak sendiri.<br />
<br />
<br />
Dan teruntuk kamu yang selalu bersujud ketika orang-orang terlelap.<br />
Untuk kamu yang selalu menangis memohon ampun pada Tuhanmu<br />
Untuk kamu yang tak pernah menyalahkan takdir<br />
Untuk kamu yang tak lelah berdoa dan selalu yakin akan ada jawaban atas semua pertanyaan.<br />
Semoga kamu menemukan sebuah kebahagiaan yang hakiki.<br />
Tidak. Kamu sudah menemukannya kupikir.<br />
Tidak terlena atas dunia fana ini<br />
Tapi tidak mengabaikan dunia fana ini.<br />
Selamat.<br />
<br />
Selamat untuk kamu.<br />
<br />
-Hikari-Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-443234853316513296.post-10142384373117147432018-09-14T10:06:00.002+07:002018-09-14T10:11:03.864+07:00Rindu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-D2dz-BOK9E0/W5skXiVXlYI/AAAAAAAAhEw/mvAo6dcbu-AqWFSEzrE5qDb48jzq408qACLcBGAs/s1600/IMG-20180911-WA0004.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="662" data-original-width="882" height="240" src="https://2.bp.blogspot.com/-D2dz-BOK9E0/W5skXiVXlYI/AAAAAAAAhEw/mvAo6dcbu-AqWFSEzrE5qDb48jzq408qACLcBGAs/s320/IMG-20180911-WA0004.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
Kata orang, rindu itu toksik. Racun yang setiap saat bisa menggerogoti siapapun. Menyiksa dengan sangat. Tak kenal waktu maupun tempat.<br />
<br />
Kata orang, rindu itu seperti zat adiktif. Membuat ketergantungan dan tak bisa lepas darinya.<br />
<br />
Kataku, rindu itu seperti senja. Indah. Menawan. Tapi, selalu mengingatkan tentang hal dan orang-orang yang tak ada bersamaku saat ini.<br />
<br />
Katamu, rindu itu seperti arak arakan awan yang tak berkesudahan. Ada kalanya tenang, namun ada kalanya seperti badai.<br />
<br />
Ah, rindu. Kata orang. Kataku. Katamu. Semuanya satu. Kamu melenakan.<br />
<br />
Rindu. Maka, bersama langit senja ini. Kusampaikan rindu in pada warna biru dan orange senja. Kusampaikan rindu ini dalam sujud setiap malam. Kusampaikan rindu ini pada Sang Pencipta. Semoga rindu ini tersampaikan.<br />
<br />
<br />
-Hikari-<br />
📷HNPUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-443234853316513296.post-87372332080410479402018-08-24T16:33:00.003+07:002018-08-24T16:35:41.718+07:00Langit Senja<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-VKBgT7VzenY/W3_OWK8-_GI/AAAAAAAAgtU/t-CnsuJcmQAcMSSEVDBz_KERLWkGsuGnwCLcBGAs/s1600/P_20180821_183716.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="900" data-original-width="1600" height="180" src="https://2.bp.blogspot.com/-VKBgT7VzenY/W3_OWK8-_GI/AAAAAAAAgtU/t-CnsuJcmQAcMSSEVDBz_KERLWkGsuGnwCLcBGAs/s320/P_20180821_183716.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
Jalan di sepanjang koridor itu mulai sepi. Tak banyak lagi orang yang berlalu lalang. Hanya keheningan yang mulai datang mencekam. Ditambah langit senja yang mulai berganti malam. Tak ada suara adzan yang bergema. Meskipun waktu sholat telah datang.<br />
<br />
Seorang anak manusia berjalan dengan lesu. Harinya sepertinya buruk. Ia butuh waktu untuk menyendiri. Ia butuh becerita pada Tuhannya tentang apa yang ia lalui selama ini.<br />
<br />
<br />
Hingga, saat ia melalui koridor itu, ia tersadar. Bukankah sudah berkali-kali ia berjalan di koridor ini pada jam ini. Kenapa ia tak menyadari, ada pemandangan sangat bagus telah disajikan di hadapannya.<br />
<br />
Dia berhenti sejenak. Ia keluarkan kamera <i>selfphone</i> nya. Berusaha untuk mengambil momen sebisanya. Setelah itu. Ia terdiam. Jangan-jangan ada banyak hal yang ia lewatkan selama ini. Keindahan yang telah tersaji di hadapannya ternyata ia tak sadari. Sama seperti langit senja ini.<br />
<br />
Langkahnya mulai berjalan kembali. Menuju suatu tempat di pojokan koridor. Tempat yang diubah untuk bersujud sedalam-dalamnya. Hari itu, ia tumpahkan semua perasaanya. Ia sadar, betapa sombong dirinya selama ini. Betapa ia selalu iri dan jarang bersyukur atas apa yang telah diberikan. Betapa ia selalu mengkhawatirkan hal yang telah pasti ditetapkan untuknya tapi tak mengkhawatirkan hal yang belum pasti diperolehnya. Ah, ia sadar. Ia manusia penuh dosa.<br />
<br />
Merindukan langit senja, tapi tak pernah mau menunggunya. Merindukan langit senja tapi tak pernah menyadari perjuangan dan keindahannya.<br />
<br />
Langit senja. Sekali lagi, dia harus berterima kasih padanya atas tegurannya ini.<br />
<br />
<br />
-Hikari-Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-443234853316513296.post-47360039110698190752018-08-21T18:15:00.002+07:002018-08-21T18:16:01.506+07:00Mungkinkah?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-XacjHC38ZAo/W3vzHIMli2I/AAAAAAAAgn0/bLJ2t5zsarMPTtU52WGr5LfH-if27EqfACLcBGAs/s1600/P_20180705_102925.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="900" data-original-width="1600" height="180" src="https://2.bp.blogspot.com/-XacjHC38ZAo/W3vzHIMli2I/AAAAAAAAgn0/bLJ2t5zsarMPTtU52WGr5LfH-if27EqfACLcBGAs/s320/P_20180705_102925.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
Dan sekiranya laut ini bisa berbicara. Mungkinkah ia mau menyapa pada seorang anak yang mulai tak yakin pada dirinya? Mungkinkah ia mau bertanya kabar pada seorang yang selalu merasa rendah diri?Ah, tak bijak rasanya seperti itu. Laut tak pernah seegois itu.<br />
<br />
Dan sekiranya langit biru ini mampu bercanda gurau. Mungkinkah ia juga mau bercanda dengan penyendiri yang tak suka keramaian? Seorang yang tak mampu mengungkapkan apa yang ia pikirkan secara langsung. Ah, tak pantas rasanya bertanya demikian. Bukankah langit biru juga lebih menyukai ketenangan daripada hiruk pikuk dunia ini.<br />
<br />
<br />
-Hikari-Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-443234853316513296.post-70076494051278495862018-08-02T17:57:00.001+07:002018-08-02T18:01:52.216+07:00Sudut Pandang<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-Pr87TaTWDCU/W2KURZtnktI/AAAAAAAAgS4/t6LXMNAt_lc0o4IRJmKDGT5ZokNJXw7IQCLcBGAs/s1600/IMG-20180801-WA0008.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="1280" height="240" src="https://1.bp.blogspot.com/-Pr87TaTWDCU/W2KURZtnktI/AAAAAAAAgS4/t6LXMNAt_lc0o4IRJmKDGT5ZokNJXw7IQCLcBGAs/s320/IMG-20180801-WA0008.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
Senja mulai datang menyapa bersama dengan angin semilir musim kemarau. Seiring dengan suhu udara yang mulai kian meninggi. Seolah, sedang marah karena kemarau selalu dikeluhkan ketika ia datang. Seorang gadis kecil. Berdiri di sebuah jembatan tua yang menjadi saksi, ada banyak anak muda yang menuntut ilmu demi masa depannya. Raut matanya menatap sendu langit. Yang entah kemapa hari itu berwarna putih bergerombol. Tak sama seperti biasanya.<br />
<br />
"Apa yang kamu lakukan di sini?". Seorang gadis kecil lain datang.<br />
"Aku? Menatap langit yang sepertinya berbeda dengan biasanya."<br />
"Tapi bukan cuma itu kan? Ada hal yang kamu pikirkan?"<br />
<br />
Diam mulai menyapa sejenak.<br />
"Apa kamu pernah merasa bahwa dirimu ini seperti tak ada artinya untuk orang lain?"<br />
"Pernah. Tentu saja pernah. Merasa tak dibutuhkan, merasa selalu merepotkan orang lain, apa ya bahasanya. Seperti <i>invisible</i> mungkin."<br />
" Lalu, apa yang kamu lakukan?"<br />
"Merubah sudut pandang."<br />
" Caranya?"<br />
" Entah apapun yang kamu rasakan, satu fakta yang jelas dan tak terbantahkan adalah kamu manusia yang sekarang ini sedang hidup. Setiap makhluk hidup bukankah selalu ada alasannya untuk hidup? Mungkin sekarang ini kamu merasa tak berguna, merepotkan orang lain. Tapi, yakinlah, suatu saat kamu akan memberikan apa yang orang lain butuhkan. Pada saatnya, kamu yang akan menolong orang lain."<br />
" Itu sulit bagiku untuk saat ini. Pernahkah kamu merasa ujian datang tak berhenti? Segala apa yang kamu usahakan seperti tak ada hasilnya?"<br />
" Pernah. Tentu saja pernah. Tak mungkin aku tak pernah merasakan itu. Tapi, bagaimana kalau itu adalah hal yang baik untuk kita?"<br />
"Maksudmu?"<br />
" Ujian yang datang padamu menandakan kamu layak untuk diuji. Kamu punya kemampuan untuk melaluinya. Hasil yang tak seperti apa yang kamu harapkan itu berarti kamu diminta untuk lebih bersabar. Kamu diminta untuk lebih bergantung pada Sang Maha Berkehendak. Mungkin kamu bisa introspeksi diri, berapa kali dalam sehari kamu meminta agar diberikan hasil yang baik "<br />
" Tapi, apa yang kamu lakukan jika bahkan dirimu saja tak yakin bisa melaluinya?"<br />
" Kamu percaya takdir kan? Kamu percaya Kuasa Allaah kan? Dan apakah kamu setega itu memandang dirimu sendiri tak mampu? Lantas, ketika kamu sendiri tak yakin pada dirimu sendiri, bagaimana orang lain akan yakin terhadapmu?"<br />
" Kamu benar. Ini sulit."<br />
" Kamu lihat langit itu? Kita terbiasa menatap langit dari bawah. Tapi, coba rubah sudut pandang. Kita duduk di hamparan langit tebal berwarna putih. Sementara gedung-gedung yang kita lihat sekarang adalah benda yang ada di atas langit. Hidupmu mungkin memang susah, hingga kamu sendiri tak yakin. Tapi, coba rubah sudut pandangmu. Ada Allaah yang senantiasa Melihatmu. Dia tak akan membiarkanmu sendiri. Perhatikan sekitarmu ada orang-orang yang senantiasa mendukungmu. Mungkin saja kamu tak menyadarinya."<br />
<br />
Diam. Hening. Jawaban ini seolah menusuk pada hati yang telah lama lalai.<br />
<br />
"Boleh aku berpesan? Jika hatimu gundah, gelar sajadaahmu. Bersujudlah. Seolah-olah ini adalah sujud terakhirmu. Mengadulah pada Sang Maha Mendengar. Memintalah dengan menyebut nama-nama terbaiknya. Maka semoga kamu mendapatkan hal yang terbaik."<br />
<br />
Langit putih itu perlahan mulai berubah. Siluet senja mulai menggatikan tempatnya. Ah, bahkan hal seperti ini lalai untuk disyukuri. Bagaimana mungkin, mengeluh untuk hal yang memang baik untuk kita?<br />
<br />
<br />
-Hikari-<br />
Inspired by : AEF<br />
📷HNP<br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-443234853316513296.post-47069127611836199202018-07-08T16:06:00.000+07:002018-07-08T16:07:36.052+07:00Sayonara<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-BuCSZTcKdUQ/W0HUFdWPs7I/AAAAAAAAftg/kuWMbdSqyzkr-jEl78rdLxE8WnWsoUnugCLcBGAs/s1600/WhatsApp%2BImage%2B2018-07-07%2Bat%2B19.15.27.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1152" data-original-width="648" height="320" src="https://4.bp.blogspot.com/-BuCSZTcKdUQ/W0HUFdWPs7I/AAAAAAAAftg/kuWMbdSqyzkr-jEl78rdLxE8WnWsoUnugCLcBGAs/s320/WhatsApp%2BImage%2B2018-07-07%2Bat%2B19.15.27.jpeg" width="180" /></a></div>
<br />
Seperti bunga matahari yang hanya bisa tumbuh dan mekar pada musimnya. Maka, episode kehidupan ini harus berjalan menuju episode selanjutnya.<br />
<br />
Seperti bunga matahari yang tumbuh menghadap matahari, maka cerita ini semoga terus maju menuju cerita yang lebih baik.<br />
<br />
"Apa yang kau lakukan di sini?"<br />
"Aku? Mengucapkan selamat tinggal pada masa lalu. "<br />
<br />
"Sudah bisakah kau memaafkan dirimu sendiri, dia, dan keadaan?"<br />
<br />
"Sedang kucoba sekarang. Aku tidak ingin pergi dengan membawa rasa marah dan penyesalan. Aku hanya ingin melanjutkan kehidupanku kembali."<br />
<br />
"Apa kau masih merasa sakit untuk kembali duduk di kursi tua itu?"<br />
<br />
"Sedikit, tapi aku mungkin butuh waktu lama untuk kembali ke sana. Ada banyak tempat yang harus kukunjungi. Dan aku harus berdamai dengan waktu"<br />
<br />
"Jadi, kau sudah mengucapkan selamat tinggal pada kursi tua?"<br />
<br />
"Ya. Selamat tinggal pada kursi tua. Selamat tinggal pada kenangan yang menyakitkan. Selamat tinggal pada kemarahan yang membuatmu buta pada kenyataan. Selamat tinggal pada janji yang semu. Dan selamat datang pada masa depan."<br />
<br />
Dan selebihnya, biarkan ia menikmati detik demi detik bersama bunga matahari yang sedang bermekaran di sudut utara kota yang penuh kenangan<br />
<br />
<br />
-Hikari-<br />
📷ALDUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-443234853316513296.post-18667994835620279152018-07-04T21:04:00.000+07:002018-07-04T21:11:43.300+07:00Tentang Memaafkan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-bBTL25HPBcA/WzzVX_shtFI/AAAAAAAAfh8/6IUoza16kCwmn8c47jgYKj7Bi8VRjyXbgCLcBGAs/s1600/IMG-20180702-WA0010.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="720" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-bBTL25HPBcA/WzzVX_shtFI/AAAAAAAAfh8/6IUoza16kCwmn8c47jgYKj7Bi8VRjyXbgCLcBGAs/s320/IMG-20180702-WA0010.jpg" width="240" /></a></div>
<br />
<br />
Ada kalanya, ketika hidup tak lagi menyenangkan.<br />
Ada kalanya, ketika dunia begitu lucu mempermainkan manusia.<br />
Ada kalanya, ketika matahari terasa begitu menyengat<br />
Dan, ada kalanya, ketika hati tak mau lagi sekedar memaafkan.<br />
<br />
Tapi, hidup memanglah tak selalu menyenangkan<br />
Bagaimana mungkin, mengharapkan laut tanpa ombak<br />
Hidup memang terkadang lucu<br />
Toh, ini hanya suatu tempat pemberhentian sementara<br />
Tak mungkin monoton bukan<br />
<br />
Matahari memang ada untuk menghangatkan<br />
Pun, ketika menyengat, ia hanya ingin mengingatkan<br />
Betapa kecil dan tak berdaya manusia itu<br />
<br />
Dan, hati.<br />
Ah, dia memang misterius bukan<br />
Memaafkan butuh hati yang lapang<br />
Bukan hati yang dipenuhi kekecewaan<br />
Bukan hati yang dipenuhi penyesalan<br />
<br />
Memaafkan.<br />
Memaafkan diri sendiri<br />
Memaafkan orang lain<br />
Tanpa penyesalan<br />
Tanpa kekecewaan<br />
Maka, tak kan lagi ada ketakutan hanya untuk sekedar berbicara pada dunia<br />
<br />
-Hikari-<br />
📷AEFUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-443234853316513296.post-67927344268107761392018-07-02T13:07:00.000+07:002018-07-02T13:07:52.423+07:00Jendela<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-rzpaO0KOmoc/Wzm-PqGHWFI/AAAAAAAAfgA/RQKrIXnG6Ic7M1YmfQVrqtBWZpVmHSgVwCLcBGAs/s1600/WhatsApp%2BImage%2B2018-07-02%2Bat%2B12.45.18.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="960" height="240" src="https://2.bp.blogspot.com/-rzpaO0KOmoc/Wzm-PqGHWFI/AAAAAAAAfgA/RQKrIXnG6Ic7M1YmfQVrqtBWZpVmHSgVwCLcBGAs/s320/WhatsApp%2BImage%2B2018-07-02%2Bat%2B12.45.18.jpeg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
Malam telah berakhir. Siluet sang surya mulai menampakkan diri. Seolah berkata," Hai anak manusia, kapan kalian memulai hari kalian?"<br />
<br />
Siluet itu juga yang menembus jendela tua di sudut kamar. Memperlihatkan betapa langit mengayomi segala apa yang ada di dalamnya.<br />
<br />
Seorang anak manusia mulai terbangun dari mimpinya. Beberapa hari ini tidurnya tak lagi nyenyak. Banyak tangisan yang menghantui, pun dengan semua pikiran yang entah ia buat sendiri.<br />
<br />
"Hari apa? Ah, hari Ahad. "<br />
<br />
Ia memandang keluar jendela. Di luar sana waktu seakan berputar lebih cepat. Tak banyak orang yang bermalas-malasan seperti yang ia lakukan.<br />
<br />
"Hei jendela. Maafkan aku, apa kamu mulai jenuh melihatku seperti ini? Maafkan aku yang belum bisa pulih sepenuhnya. Nanti, akan kubuka kau dan kau bisa bercengkrama lagi dengan langit sebebas yang biasa kau lakukan. Untuk saat ini, bantu aku bersembunyi dari langit. Aku sedang tak ingin bertemu dengannya."<br />
<br />
Dan hari-hari itu kembali dilalui dengan jendela yang selalu tertutup. Ada sebuah tembok besar yang bernama kekecewaan yang harus dihancurkan agar jendela itu kembali terbuka.<br />
<br />
<br />
Ah, memang benar. Berharap pada manusia hanya akan memberimu kekecewaan. Itu yang ia ketahui, tapi ia belum bisa untuk tidak berharap pada manusia. Dan inilah hukuman baginya. Dan semoga waktu mau berbaik hati menyembuhkan. Hingga jendela itu kembali terbuka dengan lebar.<br />
<br />
<br />
-Hikari-<br />
📷AEFUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-443234853316513296.post-52883682910093223912018-06-30T10:27:00.002+07:002018-06-30T10:52:11.248+07:00Kursi tua<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-qGC3XAyfTW4/Wzb-W7Oh7iI/AAAAAAAAfc0/xOXQ33_B05wgw0OW7mPik31PsCKrcqc0wCLcBGAs/s1600/blog.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="719" data-original-width="734" height="313" src="https://4.bp.blogspot.com/-qGC3XAyfTW4/Wzb-W7Oh7iI/AAAAAAAAfc0/xOXQ33_B05wgw0OW7mPik31PsCKrcqc0wCLcBGAs/s320/blog.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Sore yang mendung. Angin musim penghujan mulai menyapa kembali setelah pergi selama beberapa bulan. Kuputuskan untuk duduk kembali pada jejeran kursi itu. Kursi tua yang entah sejak kapan telah ada di sana. Menjadi saksi perbincangan banyak anak manusia. Meskipun ia juga berbicara dengan pohon tinggi menjulang yang ada di depannya.<br />
<div>
<br /></div>
<div>
"Sudah lama aku tak melihatmu duduk di sini?". Aku terkejut. Oh, dia datang.</div>
<div>
"Iya, ada beberapa urusan yang harus kuselesaikan dulu." Jawabku sekenanya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Diam kemudian mulai menyeruak. Aku tak tahu apa yang harus kami bicarakan. Pertemuan dengan sahabat lama ternyata lebih membingungkan daripada soal intergral tak tentu.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Kapan kamu berangkat?" Dia yang mulai memecah keheningan.</div>
<div>
" Tiga hari lagi. InsyaAllaah, ketika semua urusan in selesai." </div>
<div>
" Apa yang kamu pikirkan sekarang?" Tanyanya kembali.</div>
<div>
" Maksudmu?" Aku heran.</div>
<div>
"Aku tahu, ada sesuatu yang masih mengganjal pikiranmu. Aku tahu, ada sesuatu yang masih menahanmu untuk meninggalkan tempat ini. Benar kan?"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aku mulai mengerti. Dan aku mulai kesal. Kenapa dia selalu dengan tepat menebak semua pikiranku.</div>
<div>
"Kamu benar. Aku masih mempunyai hal yang mengganjal. Kamu tahu bukan, meninggalkan suatu tempat yang telah lama menyimpan semua hal yang telah kamu alami itu tak mudah."</div>
<div>
" Maksudmu tempat atau orang-orang yang di dalamnya?"</div>
<div>
" Menurutmu?" Aku bertanya kembali.</div>
<div>
" Dengar. Kamu tidak bisa melupakan orang-orang yang pernah ada dalam hidupmu. Dan kamu tak akan pernah bisa. Jadi, jangan membuang energimu untuk itu. Tapi, kamu juga harus tahu. Tak selamanya orang-orang yang bersamamu sekarang akan selalu ada untukmu. Jalan takdir bagi setiap orang itu berbeda. Jadi, jangan pernah merasa sedih ketika ada seseorang yang pergi dari hidupmu. Pun, ketika kamu harus meninggalkan mereka."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kata-katamu selalu benar. Tepat. Menohok.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
" Orang-orang akan selalu datang dan pergi dari hidupmu. Itu pasti. Tak akan pernah berhenti sampai kau kehabisan waktumu di dunia ini. Tapi, mereka datang dan pergi bukan tanpa alasan. Kamu diminta untuk belajar dari mereka. Belajar menerima pertemuan. Belajar menerima perpisahan. Belajar menerima kebahagiaan. Pun belajar menerima kesedihan."lanjutnya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
" Jadi, kuminta, jangan biarkan kenangan apapun itu mulai menyakiti impian dan juga hatimu. Tak ada yang bisa menjaga mereka selain dirimu sendiri dan juga Allaah."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kemudian diam kembali menyeruak. Ingin sekali kukatakan, salah satu orang yang tak bisa kutinggalkan ada di sini. Tapi, suara itu tertahan. Baiklah. Memang sudah saatnya aku pergi. Dan memang, semuanya tak akan baik baik saja ketika aku tak pergi dari sini. Selamat tinggal kursi tua yang selalu jadi saksi bisu. Terimakasih atas waktumu selama ini. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
-Hikari-</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-443234853316513296.post-58503100355376548352018-06-06T14:19:00.001+07:002018-06-06T14:23:30.052+07:00Rindu tak bertuan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-_JbCKleQqOs/WxeItNDceBI/AAAAAAAAe_E/Qd7OyH9iKbEMZ63zsds1RenPXy9Xd_a1wCLcBGAs/s1600/WhatsApp%2BImage%2B2018-06-05%2Bat%2B17.29.05.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="780" data-original-width="1040" height="240" src="https://2.bp.blogspot.com/-_JbCKleQqOs/WxeItNDceBI/AAAAAAAAe_E/Qd7OyH9iKbEMZ63zsds1RenPXy9Xd_a1wCLcBGAs/s320/WhatsApp%2BImage%2B2018-06-05%2Bat%2B17.29.05.jpeg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
Riuh rerumputan pada padang sabana nan luas. Mengisyaratkan ada banyak dialog alam tercipta di sana. Tak berhenti. Saling menyapa. Angin pun turut serta. Membuat riuh semakin menjadi.<br />
<br />
Di sana seorang anak manusia berdiri tegak. Matanya tak lepas memandang bagaimana alam berinteraksi. Telinganya selalu mendengar bagaimana riuh alam bersenda gurau.<br />
<br />
Namun, hatinya tak lagi sepenuhnya di sana. Ia terbang menuju tempat nan jauh. Suatu tempat di mana semuanya bermulai baginya. Ah, jadi ini yang namanya rindu tak bertuan.<br />
<br />
Kata orang-orang," <i>Missing someone makes you hard to fall asleep at night."</i><br />
Perkara ini tak sesederhana kalimat itu. Ada rindu yang harus selalu dipendam. Hingga, tanpa sadar imajinasi mulai mengambil alih dunia mimpi. Ada rindu yang harus diungkapkan dalam setiap doa.<br />
Agar ia seperti anak panah yang melesat tepat pada tujuan.<br />
<br />
Di padang sabana itu, ia mengabadikan kenangannya sendiri. Kesendirian, kekecewaan, kerinduan, semuanya ia kumpulkan sendiri. Biarlah ini menjadi ceritanya dengan alam yang mau berbaik hati mendengarkan. Memberikan tempat untuk sekedar memahami apa artinya rindu tak bertuan.<br />
<br />
-Hikari-<br />
📷AEFUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-443234853316513296.post-53475329961087107822018-05-19T09:10:00.000+07:002018-05-19T09:10:47.677+07:00Ramadhan di Tanah Orang17 Mei 2018<br />
<br />
Hari pertama bulan ramadhan di tahun ini. Banyak hal berbeda di bulan ramadhan kali ini. Ini adalah kali pertama bagiku melewatkan ramadhan di tanah orang. Jauh dari keluarga dan dengan kondisi Islam sebagai agama minoritas.<br />
<br />
Mulai dari sholat tarawih yang tak bisa dilakukan di masjid. Karena jarak yang cukup jauh. Aku sendiri sholat tarawih di aula kampus bersama mahasiswa muslim lainnya. Tapi, Alhamdulillaah. Ada banyak mahasiswa muslim di sini.<br />
<br />
Sahur pertama di bulan ramadhan tanpa masakan ibu. Kalau dulu sahur dan berbuka selalu bersama masakan ibu yang bagiku masakan paling enak. Tapi, sekarang dengan menu seadanya. Yang jelas bisa memenuhi energi untuk puasa.<br />
<br />
Tapi, di saat seperti ini pula, kita akan menyadari. Ah, betapa banyak nikmat yang selama ini terlupa. Betapa banyak kesempatan kita untuk beribadah yang terbuang di bulan ramadhan tahun sebelumnya. Ah, Allaah. Tolong hamba untuk bisa melalui ramadhan kali ini dengan sebaik-baiknya.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-443234853316513296.post-71364612801978844802018-05-05T13:07:00.001+07:002018-05-05T13:07:37.540+07:00Sajak Sajak tak beraturanSajak sajak tak beraturan itu mulai merenda dirinya sendiri<br />
Di tengah hiruk pikuk kota<br />
Di tengah keriuhan dunia<br />
Di tengah proses hilangnya keheningan<br />
<br />
<br />
Sajak sajak tak beraturan itu mulai bermunculan<br />
Di tengah kegundahan hati tak berkesudahan<br />
Di tengah kekhawatiran yang semakin melonjak<br />
Di tengah hilangnya kendali atas nama hati<br />
<br />
Sajak sajak tak beraturan itu mulai menghantui<br />
Pada hati yang tak lagi percaya<br />
Pada hati yang terluka semakin dalam<br />
Pada hati yang tak tahu bahwa dirinya sakit<br />
<br />
Tapi sajak sajak tak beraturan itu harus ada<br />
Untuk dirangkai kembali menjadi sebuah prosa kehidupan<br />
<br />
-hikari-<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-rhEKvK6RXZk/Wu1KHX9xxPI/AAAAAAAAeVI/fGfcXs3ZDUYTJl8aPX5Gw1m0xLQOBXiMgCLcBGAs/s1600/ga%2Bjelas_180216_0018.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="320" src="https://4.bp.blogspot.com/-rhEKvK6RXZk/Wu1KHX9xxPI/AAAAAAAAeVI/fGfcXs3ZDUYTJl8aPX5Gw1m0xLQOBXiMgCLcBGAs/s320/ga%2Bjelas_180216_0018.jpg" width="240" /></a></div>
<br />Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-443234853316513296.post-63552314354237507612018-02-02T23:04:00.002+07:002018-07-14T15:13:26.091+07:00Angin kedua<div data-p-id="dec24ceba1daa943f85b16053a0e10e5">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-jrWaDjt5Kt0/W0mwl0LDACI/AAAAAAAAf48/FMFrKeL2OIAkn7mEVzVnIXqZwcbXi4INwCLcBGAs/s1600/60698.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="240" src="https://2.bp.blogspot.com/-jrWaDjt5Kt0/W0mwl0LDACI/AAAAAAAAf48/FMFrKeL2OIAkn7mEVzVnIXqZwcbXi4INwCLcBGAs/s320/60698.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
Aku diam. Kamu diam.
Kata seolah terserap dalam pikiran kita. Tak ada yang ingin keluar.
Detik demi detik meluncur dengan cepat. Hanya pertanyaan yang berputar
dalam pikiranku.</div>
<div data-p-id="dec24ceba1daa943f85b16053a0e10e5">
<br /></div>
<div data-p-id="ad413ae68de1ab870000bb39238c9963">
" Apa kabar?" Kau mulai memecah keheningan itu. </div>
<div data-p-id="4c4afe9126fb83a4356fac3a36fa0be7">
<br /></div>
<div data-p-id="4c4afe9126fb83a4356fac3a36fa0be7">
" Baik, bagaimana denganmu?"</div>
<div data-p-id="0179ea55bb3a7343df19dcb6a2dc2d4b">
<br /></div>
<div data-p-id="0179ea55bb3a7343df19dcb6a2dc2d4b">
" Seperti biasa. Hidup terkadang tak menarik. Tapi hidup juga menarik untuk diselidiki."</div>
<div data-p-id="cb59e644316dd5356c5a344b3f480dea">
<br /></div>
<div data-p-id="cb59e644316dd5356c5a344b3f480dea">
Ah, kau selalu seperti itu. Membuat kalimat dengan banyak makna di dalamnya. Dan aku harus selalu berpikir ulang apa maknanya.</div>
<div data-p-id="b2d7801dc886ef217bd9c822cb0d0297">
<br /></div>
<div data-p-id="b2d7801dc886ef217bd9c822cb0d0297">
" Bagaimana dengan hidupmu?"</div>
<div data-p-id="9e7c8f8430fbc3c021c98cef3c888e57">
<br /></div>
<div data-p-id="9e7c8f8430fbc3c021c98cef3c888e57">
" Seperti biasa. Hanya seorang anak manusia yang berusaha menjalani hidupnya." Kujawab dengan sekenaku.</div>
<div data-p-id="f0d9b4a6fb3fbd6690feffdb89b67c62">
<br /></div>
<div data-p-id="f0d9b4a6fb3fbd6690feffdb89b67c62">
" Apa yang kamu lakukan sekarang?" Kamu mulai bertanya lagi.</div>
<div data-p-id="32ee556672a5f25d1fa5a4ad0aaa8fb5">
<br /></div>
<div data-p-id="32ee556672a5f25d1fa5a4ad0aaa8fb5">
" Aku? Menyelesaikan kuliahku?"</div>
<div data-p-id="da8b17394d03e86c541ff4faff96b5af">
<br /></div>
<div data-p-id="da8b17394d03e86c541ff4faff96b5af">
" Haha.. Selain itu? Kupikir kamu akan mencoba sesuatu yang baru di hidupmu. Untuk membuat hidupmu menjadi tak biasa."</div>
<div data-p-id="c33549617115c9171799e7c3672a2b3a">
<br /></div>
<div data-p-id="c33549617115c9171799e7c3672a2b3a">
" Tidak. Aku tidak
seberani itu. Aku masih terkekang oleh ketakutanku sendiri. Tapi,
perlahan kupikir aku ingin mengatasinya sendiri. Bagaimana denganmu? Apa
kau sudah mendapatkan makna dari perjalananmu?"</div>
<div data-p-id="d93c7ceb16b94f03b3363f0c2c7be751">
<br /></div>
<div data-p-id="d93c7ceb16b94f03b3363f0c2c7be751">
" Belum sepenuhnya. Ada
sesuatu yang hilang dari perjalananku. Jadi, kupikir aku harus
mencarinya terlebih dahulu. Sebelum aku memutuskan untuk melanjutkan
perjalananku."</div>
<div data-p-id="51f11ea304b937326ec5abe445ef7b1b">
<br /></div>
<div data-p-id="51f11ea304b937326ec5abe445ef7b1b">
" Sesuatu yang hilang? Apa itu?"</div>
<div data-p-id="8d0259f42d5e7dc5a779e2736d5d2e4a">
<br /></div>
<div data-p-id="8d0259f42d5e7dc5a779e2736d5d2e4a">
" Kamu tak perlu tahu. Aku hanya perlu memastikannya sekarang. Aku boleh bertanya satu hal?"</div>
<div data-p-id="2703892246903e50f769dbe615764db5">
<br /></div>
<div data-p-id="2703892246903e50f769dbe615764db5">
"Apa? "</div>
<div data-p-id="7b91469b0193f829f18864a98a77bdb5">
<br /></div>
<div data-p-id="7b91469b0193f829f18864a98a77bdb5">
" Apa yang kamu pikirkan tentang hal yang kuutarakan masih sama dengan tiga tahun lalu?"</div>
<div data-p-id="32cb3735b7a857fa627ac462dfee01fd">
Tepat. Pertanyaan itu
sudah kuantisipasi akan keluar. Tapi, aku tak pernah tahu bagaimana
menjawabnya. Betapa pencundangnya diriku.</div>
<div data-p-id="b0a8c10dc101c2ad23786d4e6886f5b1">
<br /></div>
<div data-p-id="b0a8c10dc101c2ad23786d4e6886f5b1">
" Hmm. Pohon yang selalu
berbuah sepanjang tahun tak akan pernah menghasilkan buah yang sama.
Akan tetapi, esensi dari dirinya masih akan tetap sama. Hujan yang
datang mengguyur bumi tak akan pernah sama setiap tahunnya. Tapi,
orang-orang akan tetap memanggilnya hujan. Mungkin keadaannya berbeda.
Akan tetapi, aku masih mempunyai jawaban yang jelas tentang hal itu. Dan
aku harus minta maaf kepadamu. Jawabanku masih tetap sama."</div>
<div data-p-id="a0aecd780c817e7ba26bc194484de2bc">
<br />
Hening. Diam kembali menjerat suasana ini. Ini jauh lebih mencekam dari sebelumnya.</div>
<div data-p-id="843f0d5eb4a1c8fedc9e01e29e043afa">
<br /></div>
<div data-p-id="843f0d5eb4a1c8fedc9e01e29e043afa">
" Aku tahu. Aku tahu
kamu akan menjawab seperti itu. Haha. Aku sudah menduganya. Sama seperti
bumi yang tak pernah menyalahkan langit karena mengutus hujan untuk
menemuinya. Maka, aku menghargai apa yang sudah kamu putuskan. Aku tahu,
tiga tahun bukanlah waktu yang singkat tapi juga bukan waktu yang cukup
untuk mengubah prinsip hidup seseorang. Maka dengan segala hormat
sebagai seorang teman aku menghargai keputusanmu."</div>
<div data-p-id="3efb4359d148461d9bce39c78eab0425">
<br /></div>
<div data-p-id="3efb4359d148461d9bce39c78eab0425">
" Terimakasih. Dan
semoga seperti burung yang selalu kembali ke sarangnya, aku harap kamu
tak akan tersesat di perjalananmu. Jangan mengkhawatirkan orang lain.
Karena orang yang berada dalam perjalanan sesungguhnya sedang berusaha
menembus labirin yang tak sederhana."</div>
<div data-p-id="1a05b78467140902b3fadc5878b32a9a">
<br /></div>
<div data-p-id="1a05b78467140902b3fadc5878b32a9a">
" Baik, terimakasih. Dan
aku pamit. Sampai jumpa di puncak bukit selanjutnya. Dan semoga kamu
mengijinkan angin ini untuk menyapamu kembali."</div>
<div data-p-id="011ae636069a206802f12a0fa3b235fc">
<br /></div>
<div data-p-id="011ae636069a206802f12a0fa3b235fc">
" Tentu. Terimakasih"</div>
<div data-p-id="9e1e7de9a2c878496c30086c065d8835">
<br /></div>
<div data-p-id="9e1e7de9a2c878496c30086c065d8835">
Dan, pergi sudah. Angin
yang untuk kedua kalinya datang telah pergi. Membawa cerita tersendiri
tentang pertemuan kedua ini. Dan di atas kursi panjang, di bawah pohon
rambutan ini. Aku kembali meminta angin untuk pergi kedua kalinya.
Membawa sebuah rasa bernama penyesalan.</div>
<br />
-Hikari-Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-443234853316513296.post-91749748440860444792017-12-28T21:59:00.002+07:002017-12-28T22:01:14.939+07:00Tentang KebahagiaanHai Purnama. Apa kabar? Masih ingat dengan pertemuan kita? Masih ingat dengan pertanyaan yang kuajukan? Ah, mungkin kamu sudah lupa. Ada banyak orang bukan yang bertanya padamu pertanyaan yang sama? Baik. Boleh aku bertanya lagi?<br />
<br />
"Menurutmu bahagia itu seperti apa? Kenapa kamu bisa tersenyum saat kegelapan malam seolah mengekangmu? Apa yang membuatmu menerima takdirmu?"<br />
<br />
<br />
Hai anak kecil. Apa kabar? Tentu aku masih ingat denganmu. Seorang anak yang tertatih dalam menjalani kehidupan. Tapi, aku masih percaya. Ada seberkas sinar harapan dan keberanian di matamu. Tentang pertanyaanmu. Baiklah aku jawab sekali lagi.<br />
<br />
" Bahagia adalah ketika kau tak menganggap hidupmu sebagai beban. Kau menjalani kehidupan dengan penuh harapan bahwa semua akan baik baik saja. Meskipun terkadang ombak tak selalu baik kepada karang. Itu menjawab pertanyaan pertama dan ketigamu. Tentang pertanyaan keduamu. Apa aku merasa terkekang? Tentu tidak. Langit malam itu seperti sisi kedua dari mata koin. Dan aku sisi yang lain. Tentu kamu tak akan melihatku tanpa langit malam. Bagaimana? "<br />
<br />
<br />
<br />
Hai purnama. Tapi banyak orang mengiramu terikat dengan langit malam? Apa yang kamu lakukan?<br />
<br />
Hai anak kecil. Aku tak perlu menjelaskan pada mereka. Yang perlu kulakukan adalah aku akan tetap bertahan di sini. Di sini adalah sumber kebahagianku. Apa kamu sudah menemukan sumber kebahagiaanmu? Atau kamu belum sepenuhnya menerima takdir hidupmu?<br />
<br />
Hai Purnama. Aku masih mencari jawaban atas pertanyaan ini. Tapi, baiklah. Kamu benar. Hidupku tak akan pernah benar ketika aku tak menerima hidupku sendiri. Dan yang pasti, aku tak akan menemukan kebahagiaanku. Terimakasih atas jawabannya.<br />
<br />
Hai anak kecil. Baiklah. Ingatlah, terkadang air memang mengikuti kemana alur sungai itu membawanya. Tapi yakinlah, ada banyak hal yang ia temui selama perjalanannya. Tujuannya hanya satu, Bertemu dengan lautan. Meskipun, terkadang ia harus berputar-putar dalam siklus yang sangat panjang. Ingatlah bahwa kamu akan menemukan definisi kebahagiaanmu sendiri. Meskipun kamu harus mengambil jalanan panjang yang membuatmu lelah dan hampir menyerah.<br />
<br />
<br />
Tentang kebahagiaan<br />
<br />
<br />
Hikari<br />
Hat Yai, 28 Desember 2017 Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-443234853316513296.post-13196950083420594692017-12-05T10:04:00.001+07:002017-12-05T10:04:41.854+07:00JembatanBerdiri tegak<br />
Merasakan teriknya sinar matahari<br />
tangisan hujan<br />
dan juga marahnya angin<br />
<br />
Aku lihat banyak orang bahagia<br />
Bercengkrama, memikirkan masa depan<br />
<br />
Aku lihat banyak orang terburu-buru<br />
Mengejar sesuatu yang tak pasti<br />
Dikejar oleh waktu yang pasti habis<br />
<br />
Aku diam, membisu<br />
Tak banyak yang bisa kulakukan.<br />
Apalah aku ini<br />
Hanya jembatan tua yang mencoba berdiri tegak<br />
<br />
Hei, kuceritakan padamu<br />
Bahwa ada harapan yang datang padaku.<br />
Pertemuan yang tak terduga<br />
Keterpisahan yang berakhir<br />
Aku bahagia Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-443234853316513296.post-37553230406013496112017-12-05T09:59:00.000+07:002017-12-05T09:59:17.919+07:00TemaramSunyi.<br />
Deru suara motor yang menggelitik<br />
Langkah kaki yang terus mengayun.<br />
Menapaki jalanan panjang kota yang penuh sesak.<br />
<br />
Kamu diam, aku diam<br />
Terperangkap dalam sunyi hening<br />
Kamu berpikir, aku juga berpikir<br />
Kenapa hidup seberat ini<br />
<br />
Sunyi.<br />
Temaram.<br />
Langit mulai berubah<br />
Warna jingga mendominasi<br />
<br />
Aku berhenti, kamu berhenti<br />
Aku berbicara, kamu mendengarkan<br />
Jawaban yang selama ini dicari<br />
Ternyata mudah saja<br />
<br />
Temaram<br />
Sunyi<br />
Angin mulai tak bersahabat<br />
Aku berlari, kamu berlari<br />
Kita pulang<br />
Fatamorgana ini sudah berakhir<br />
Berakhir dalam suatu keadaan temaram<br />
<br />
-Hikari-<br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com0