Rintik hujan menemani suara
keyboard dari sebuah
laptop tua. Deretan baris tulisan tertera di atas layarnya. Beberapa paket ujian telah selesai dibuat. Derita seorang mahasiswa pendidikan semester 6 adalah PPL yang menguras tak hanya keringat tapi juga pikiran dan batin. Menghadapi anak-anak SMA yang
notabene masih dalam tahap pubertas dengan rentang usia yang tidak terpaut jauh darinya. Ditambah tuntutan administrasi sekolah dan seperangkat alat pembelajaran yang harus ia buat. Kini, ia mengerti, kenapa banyak guru yang justru sering mengosongkan jam pelajaran. Tuntutan administrasi yang sangat banyak itu alasannya.
Sembari mengumpulkan imajinasi dan kreatifitas bagaimana membuat beberapa paket soal yang berbeda untuk tiap kelas, pikirannya bertanya," Bukankah paket soal berbeda itu mirip dengan kehidupan manusia?"
Seorang temannya sering berkata, " Jangan kamu iri dengan kehidupan seseorang. Kita tak pernah tahu apa yang telah ia alami hingga ia mencapai kehidupannya sekarang."
Ah, benar. Jika di dalam kelas, ia membuat soal dengan paket berbeda tetapi bobotnya sama. Itu hanya untuk mencegah praktek kecurangan yang mungkin saja terjadi. Tetapi, kehidupan manusia berbeda.
Ya, kehidupan manusia itu berbeda. Setiap manusia diberi lembar ujian yang berbeda. Dengan pertanyaan yang berbeda, level yang berbeda dan tentunya jawaban yang berbeda.
Maka, sangat tidaklah bijaksana ketika ada seseorang yang diuji dengan kesukaran hingga ia berkata," Kenapa aku harus mengalami semua ini? Padahal ada yang tidak bekerja keras tetapi hidupnya sangatlah mudah."
Mungkin saja, dibalik kemudahannya ia justru merasa bosan atas hidupnya yang monoton.
Pun, dengan orang yang diberi kemudahan lantas ia berkata," Kenapa kamu tak bisa melakukannya tepat waktu. Lihatlah aku, aku dengan mudah menyelesaikannya semua. " Padahal, ia tak tahu apa yang sudah orang lain alami dan lakukan, seberapa kerja keras mereka demi menyelesaikan sesuatu dengan segala keterbatasan.
Terkadang, bukankah manusia sering diuji dengan kesukaran untuk dapat merasakan bagaimana nikmatnya terus meminta dan memohon pada Allaah. Hingga, tanpa sadar, ia semakin dekat dengan-Nya. Pun, manusia juga sering diuji dengan kemudahan. Agar ia bisa berlatih untuk selalu bersyukur dan tidak berlaku sombong pada lainnya.
Ah, manusia. Hal yang sering membuat manusia terlupa adalah kesombongan dan kehilangan keyakinan atas betapa adilnya takdir yang Allaah tentukan. Hal yang sering terlupa namun teramat penting adalah bagaimana sabar itu terus diuji dan rasa syukur yang seharusnya senantiasa mengiringi.
Yah, tentunya tak boleh mengeluh atas semua beban tugas ini. Toh, dibalik semua rentetan tugas administrasi tetap ada rasa bahagia melihat murid-murid itu mulai bersemangat belajar mata pelajaran yang bisa dibilang momok ini.
-Hikari-