Ketika
kita disuruh menunggu, lantas bertanya, hingga kapan? sampai kapan?
berapa lama? Maka sebenarnya kita tidak sedang menunggu, Kawan. Tapi
berhitung, penuh perhitungan sang pedit nan pelit.
Ketika kita
disuruh bersabar, lantas nyeletuk iya kalau ujungnya dapat, kalau nggak?
Rugi dong. Maka sebenarnya kita tidak sedang bersabar, Kawan. Tapi
transaksi jual beli, atau malah bertaruh. Seolah bersabar adalah pilihan tersisa yang dilempar di atas meja taruhan.
Padahal, sungguh tidak ada resiko bagi orang yang sabar. Dia menjual
sesuatu kepada yang maha memiliki segala sesuatu. Apanya yang akan rugi?
Jangan begitu keliru memahami hakikat sabar. Orang2 dulu yang berilmu
bahkan menghabiskan puluhan tahun hanya untuk mengerti satu cabangnya
saja.
*Tere Lije
Rabu, 17 Juli 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar