Jangan Salahkan Waktu
Siang
yang terik, mentari seakan menumpahkan semua amarahnya. Sejenak aku bingung,
apa yang harus kulakukan sekarang? Masih ada satu jam yang harus kumanfaatkan
sebelum agenda yang lain.
Ehm,
mungkin sedikit memutar kembali hari ini. Bukan, bukan hari ini, karena
sekarang masih setengah hari. Hanya dimulai ketika aku mengantarkan adikku ke
TK. Yah, ketika kulihat anak TK, pikiranku kembali pada masa lalu. Saat masih
kanak-kanak, pikiranku masih polos. Terlebih di masa itu teknologi tak
secanggih sekarang. Ketika itu, pikiranku selalu mengatakan “aku pasti bisa”. Optimis
kalau bahasa orang dewasa. Menyiapkan barisan sebelum masuk kelas, selalu
kulakukan setiap hari. Bahkan, hingga teman-temanku yang tak kebagian giliran
menyiapkan menangis dan mengadukannya pada guruku.
Namun,
kini pikiran itu mulai bergeser. Dulu selalu optimis, namun sekarang terlalu
banyak hal yang bisa dijadikan alasan untuk menjadi pesimis. Mungkin, aku saja
yang mencari-cari hal itu. Dulu selalu berani untuk berbicara secara lantang,
namun sekarang kalau disuruh bicara aktif pasti agak “tremor”. Ehm, ada
pertanyaan yang muncul. Apa menjadi orang dewasa itu membawa pikiran negatif?
Flashback
berlanjut saat berangkat ke kampus, ada yang harus kubawa, sebilah
kayu yang menjadi pembeda kelompokku. Kubungkus kayu itu dengan kertas koran. Aku
sempat berpikir, kayu ini membuatku sedikit malu. Padahal dulu ketika
anak-anak, membawa beras katul (makanan bebek) sambil bersepeda onthel pun tak
jadi masalah. kenapa sekarang jadi seperti ini?
Akhirnya
sampai di kampus. Lagi-lagi terjadi perang batin. Aku mau sholat dhuha dulu
atau nanti setelah kelas kuliah selesai? Pertama, kuputuskan kakiku melangkah
ke kelas. Ternyata di sana masih dipakai oleh kelas sebelumnya. Langsung seketika
itu, aku putar balik menuju musholla. Kenapa tadi harus galau? Allah yang
memberimu kesempatan untuk kuliah di kampus ini. Jadi kenapa kamu harus bingung
memilih? Astagfirullaah.
Selesai
sholat, kulangkahkan kakiku menuju kelas. Bismillaah. Kali ini lebih baik dan
lebih tertata hatiku. Dan ternyata, hari ini dosen yang mengampu sedang pergi
sehingga digantikan, dan isinya adalah perkenalan. Dan aku sempat berpikir,
semoga waktu ini tak terbuang sia-sia.
Lantas
terdampar di taman tengah ini. Sehabis Dzuhur. Aku bingung apa yang harus
kulakukan. Dan akhirnya muncullah tulisan ini.
Teringat
perkataan salah seoramg teman, ketika ia kutanya kenapa semua orang berubah,
apa karena waktu? Ia menjawab,” Jangan salahkan waktu, karena waktu tak
bersalah. Yang membuat perubahan itu baik atau buruk adalah manusia sendiri.”.
Yah masalah aku menjadi penakut, pesimistis, bimbang itu adalah pilihanku
sendiri. Dan semuanya tergantung pada manusia bagaiman menyikapinya. Meski terkadang,
aku sempat menyesali tentang keputusan yang kupilih. Tapi, aku harus
bertanggungjawab terhadap hal itu.
Life
is a choice. Everyone has a chance to choose the bad one or the good one
Don’t
ever blame the time for all changes. Because you are the one who change
something.
@taman tengah FMIPA UNY
0 komentar:
Posting Komentar