Jumat, 29 September 2017

Ilusi

Rembulan itu kembali berwajah sendu. Keterpisahan yang selama ini ia takutkan, benar benar ia alami. Rembulan itu kini tak lagi sama. Guratan luka di wajahnya, seolah pertanda. Ada yang terluka di hatinya. Kemudian, hujan datang padanya. Bertanya, ada apa gerangan. Rembulan bercerita tentang keterpisahannya....

Di Sini Hujan

Di sini hujan. Tak banyak yang bisa kulakukan. Duduk sambil berhadapan dengan laptop. Kalau ia bisa berbicara, mungkin ia sudah bosan setiap hari bertemu denganku. Di sini hujan. Aku memang duduk di ruangan. Tapi pikiran ku tak bisa kuajak duduk di sini. Dia mengembara kembali pada saat itu....

Sebaris doa

Sebaris doa itu terucap. Terucap dari sebuah perasaan akibat dari kepasrahan. Tapi, nyatanya sebaris doa itu yang kemudian muncul menjadi nyata. Aku diam. Semesta sedang berbicara dengan caranya sendiri. Aku diam. Semesta sedang mengajarkan tentang makna kehidupannya. Aku diam. Semesta seolah...

Kata

Kata ini seperti terserap. Kalah oleh suara hujan yang tiba tiba turun. Tak apa, kau pernah bilang. Jika tak ada kata yang terucap dari kita, maka biarlah semesta yang mengucapkannya. Baiklah. Aku percaya itu ...

Akhir

Ini bukan sebuah akhir. Cerita apa yang kamu tulis akan kembali menjadi pertanyaan. Dengan warna apa kamu tulis dan berapa halaman akan jadi pertanyaan juga. Ya. Kamu bilang, kita hanyalah pemain dalam kehidupan ini. Ya benar. Hanya saja pemain seperti apa?...

Menuggu

Menunggu di dalam keheningan. Tak selamanya diam. Nyatanya, doa doa selalu tercurah. Hening memang, tapi ini lebih baik daripada angin ribut yang merusak. Hingga kemudian, cerita itu berakhir di halaman yang seharusn...

Tenanglah

Tenang dan diamlah. Biarkan semesta bercerita. Tenang dan diamlah. Biarkan waktu menunaikan tugasnya. Tenang dan diamlah. Biarkan hatimu berbicara. Karena selama ini ia terpenjara oleh egomu ...