Kamis, 24 Juli 2014

Air mata orang tua yang menetes karena rasa sayang dan khawatir terhadap anaknya tidak dapat dibayar dengan kompensasi materi dan semua teori yang diciptakan akal manusia

Kamis, 17 Juli 2014

sejenak kilasan-kilasan peristiwa itu berdatangan
seperti sebuah film yang siap untuk diputar
teriakan-teriakan itu
rasa sedih itu
tangisan itu
bahagia itu
semua berulang
dejavu yang benar-benar
satu hal
apa bekal ku cukup?

Kamis, 10 Juli 2014

#nostalgia

edisi galau gara-gara kangen
mungkin ini sudah lama sekali, tapi perasaan itu tetap ada....
just repost dari dek Astuti Purwaningsih (Afwan ya dek, mbak jarang menghubungi)



Terima Kasih Allah atas kesempatannya untuk bisa masuk dalam organisasi ini
Terima Kasih Allah atas kesempatannya dapat bertemu dengan kakak-kakak yang super hebat
Terima Kasih kakak telah mengajari kami selama setahun ini
Terima Kasih kakak telah  mengajari kami banyak hal
Alhamdullilah, ilmu yang kakak berikan akan selalu bermanfaat untuk kami
Alhamdullilah atas semua nikmat selama ini
Alhamdulillah untuk semuanya,
Maaf bila setahun belum bisa melaksanakan tugas dan kewajiban dengan baik
Maaf bila selama setahun ini belum bisa berbuat apa apa yang bisa membanggakan kakak
dan maaf bila selama ini banyak mengecewakan kakak-kakak. Maaf untuk semuanya, maaf atas ketidaksempurnaan kami, maaf untuk kekhilafan kami dan maaf untuk semua kesalahan kami.
Tertuntuk sie larut TJRC yang setiap rabu dan kamis selalu meluangkan waktunya untuk kami. 
Terima kasih kakak, we are nothing without you.
Dan untuk mbak mas yang lain, terimakasih juga telah mengajari arti sebuah organisasi dan keluarga. Terimakasih untuk kesempatannya masuk dalam organisasi ini, terimakasih atas bimbingannya, terimakasih untuk semua.

Dariku pribadi, aku sayang TJRC. Sungguh.

Terimakasih.

With love, 23


Ya Allah, terimakasih telah mengizinkan aku untuk setidaknya menikmati masa-masa itu,,masa saat penuh dengan canda meski banyak tekanan yang menerjang.
Terimakasih telah diberi kesempatan untuk menjadi lebih dewasa lewat anak-anak luar biasa itu...

 

Karena tak akan pernah bisa tak peduli

re-post dari mbak zahrin afina ( Teladan 2012)


pra-ETT versi saya
8 Juli 2014 pukul 1:32
Pengen nulis!
Bismillah...

Entah ini memang sudah saatnya evaluasi atau belum,
Tapi bagi saya rasanya tetap "sudah setengah jalan.."

Hari-hari belakangan ini, saya disibukkan beberapa agenda kaderisasi KSAI, welcoming the fresh graduates.
Saya jalankan sebaik-baiknya karena begini memang baiknya, sekarang waktunya, disini tempatnya. Tapi barulah lama-lama saya ingat lagi tujuan akhir kaderisasi ini, yakni siapnya generasi penerus yang lebih baik. Harapan-harapan itu. Harapan-harapan yang harusnya bisa menghiasi kerja-kerja tak kenal henti, pengorbanan yang ternyata sudah bukan hanya dari bagian diri sendiri, tapi juga merembet ke hak-hak orang lain; keluarga yang bersabar, memaklumi, sampai mendukung meski waktu kita untuk mereka sudah sangat banyak berkurang.

Seorang Kakak juga mengingatkan, "Orientasi kita tetap semoga KSAI bisa segera dibubarkan. Ketika, adik-adik kita di SMA sudah semakin keren dan mandiri. Karena setiap zaman harusnya mengajarkan perbaikan agar kesalahan lama tidak terulang lagi."

Oh, saya tidak akan selamanya di sini. Ternyata waktu saya terbatas. Ternyata, ini akan jadi kesempatan yang takkan pernah terulang lagi.
Namun apa yang telah saya beri?
Namun justru, apalagi yang akan saya sesali nanti?

Karena itu, ketika ada yang muncul bertanya, "kok kayaknya kita semakin loyo ya?"
Itu tandanya segera butuh evaluasi tengah tahun #eh
Mungkin ya ^^" supaya bisa mengukur kerja dan ketercapaian kita yang sebenarnya.
Tapi saya setuju. Karena sejatinya pertanyaan itu berbalik ke diri kita sendiri. Mungkin kita sangking kurang aktif, mungkin kita sangking kurang perhatiannya?

Saya ingin mengingatkan diri saya sendiri dan teman-teman semua, untuk kembali mengingat apa dan bagaimana seharusnya peran masing-masing kita, sampai pada kapasitas apa yang dibutuhkan untuk menjalankan peran-peran itu. Walaupun, kata seorang Ustadz, sebenarnya untuk melakukan ketaatan itu yang dibutuhkan hanya MAU atau TIDAK; berbeda dengan kemaksiatan yang butuh kemampuan macam-macam (butuh dana, kemampuan berkelit, kamuflase, dll ^^")

Ya, mari belajar lagi untuk menghayati peran. Khususnya di bulan Ramadhan ini, khususnya sebelum masa evaluasi tengah tahun sungguhan datang (walaupun harusnya ada bagian yang tiap hari ya T.T), supaya evaluasi kita besok efektif, karena telah jauh-jauh dipersiapkan solusinya. Aamiin

Mungkin KSAI memang bukan (belum jadi) organisasi besar yang super eksis. (Yakali mau eksis, mental gue masih mental dibalik layar gini T.T *curcol*) Walaupun kalau dibandingkan dengan sekolah lain kita amat patut bersyukur.
Saya sendiri masih percaya kebangkitan itu sejatinya berasal dari diri kita sendiri, di peran kita masing-masing.

"Di tiap zaman ada RIJAL (LAKI, tapi bukan gender, melainkan yang berkesiapan menanggung suatu beban/konsekuensi)-nya. Di kala sangat dibutuhkan, Allah selalu memunculkannya, yakni pada pribadi-pribadi yang tulus. Sebab ketulusan-lah pendobrak semua pintu."

Saya masih percaya, bersama-sama kita bisa menjadi barisan kebangkitan itu. Setidaknya punya keinginan untuk menjadi seperti itu. Biar Allah yang ajarkan bagaimana. Karena memang hanya Dia yang bisa membimbing kita. Karena bukankah untuk tulus-ikhlas itu sulit? Bukankah melawan hawa nafsu itu berat? Bukankah untuk insyaf bahwa diri ini sepenuhnya milik Allah, di tangan Allah, sudah dibeli oleh-Nya butuh teguran berulang-ulang?
*puk-puk kita T.T*
Tapi kita jangan berkecil hati, sebab sejatinya "mujahadah" adalah 'ikhlas menempuh jalan-jalan sulit menuju kebaikan'. Ya, justru yang penting kita berlapang dada kala itu sulit. Biar Allah yang tentukan hasilnya. (Kajian Ust. Syatori nih..)

"Dan mereka yang bersungguh-sungguh berjuang di jalan-jalan (untuk mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah pasti beserta orang-orang yang berbuat baik." QS Al-Ankabut: 69

Lebih operasionalnya, mari bangun lagi, pasang tekad.
Mari lebih perhatian satu sama lain. Saling menasehati..
Coba buka lagi handbook-nya, harusnya beramal ilmiah-berilmu amaliyah bagaimana…

Saya sendiri sadar kalau baru sedikit sekali berperan sebagai salah satu 'personalia' KSAI; bantu menjaga semangat, menjaga kinerja departemen yang saya PJ-nya, menjaga ukhuwah, memfasilitasi kebutuhan ruhiyah, dan banyak job lainnya.. Afwan. Tapi dalam usaha kecil ini, siapa saya? Karena meskipun dengan izin Allah, bantuan dari saya adalah sangat kecil bila dibandingkan kesadaran dan kemauan teman-teman sendiri.. Karenanya saya rasa SALING MENASEHATI itu sangat penting :') Jika berkenan mohon nasehatnya untuk saya juga ya..

Dan bagaimanapun saya sangat bersyukur sudah berjalan--berlari-lari kecil bersama teman-teman sampai sini..
Pelajaran, hikmah, dan kehangatan yang mungkin tak semua hamba sudah mendapatkannya..
Sangat bersyukur juga masih disempatkan Allah untuk mengungkapkan apa yang biasanya tak pernah tuntas diutarakan ini...
Syukur ini semoga kan berwujud sebaik-baiknya yaitu kerja dan menjadi manfaat bagi sekitar, ya?
Untuk Allah…

"Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali agama Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkanmu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk." QS Ali Imran : 103

Kok bisa kita akhirnya ketemu disini sih?

^^
Yang mencintaimu karena Allah,

Ai Zahrin 70714






Merinding bacanya,,,,teringat bahwa di awal perjuangan ini ada sedikit rasa tak mau peduli
tapi apa daya, rasa cinta kepada tempat itu tak pernah luntur...
dan di sini perjuangan ini dimulai..