Minggu, 08 Juli 2018

Sayonara


Seperti bunga matahari yang hanya bisa tumbuh dan mekar pada musimnya. Maka, episode kehidupan ini harus berjalan menuju episode selanjutnya.

Seperti bunga matahari yang tumbuh menghadap matahari, maka cerita ini semoga terus maju menuju cerita yang lebih baik.

"Apa yang kau lakukan di sini?"
"Aku? Mengucapkan selamat tinggal pada masa lalu. "

"Sudah bisakah kau memaafkan dirimu sendiri, dia, dan keadaan?"

"Sedang kucoba sekarang. Aku tidak ingin pergi dengan membawa rasa marah dan penyesalan. Aku hanya ingin melanjutkan kehidupanku kembali."

"Apa kau masih merasa sakit untuk kembali duduk di kursi tua itu?"

"Sedikit, tapi aku mungkin butuh waktu lama untuk kembali ke sana. Ada banyak tempat yang harus kukunjungi. Dan aku harus berdamai dengan waktu"

"Jadi, kau sudah mengucapkan selamat tinggal pada kursi tua?"

"Ya. Selamat tinggal pada kursi tua. Selamat tinggal pada kenangan yang menyakitkan. Selamat tinggal pada kemarahan yang membuatmu buta pada kenyataan. Selamat tinggal  pada janji yang semu. Dan selamat datang pada masa depan."

Dan selebihnya, biarkan ia menikmati detik demi detik bersama bunga matahari yang sedang bermekaran di sudut utara kota yang penuh kenangan


-Hikari-
📷ALD

Rabu, 04 Juli 2018

Tentang Memaafkan



Ada kalanya, ketika hidup tak lagi menyenangkan.
Ada kalanya, ketika dunia begitu lucu mempermainkan manusia.
Ada kalanya, ketika matahari terasa begitu menyengat
Dan, ada kalanya, ketika hati tak mau lagi sekedar memaafkan.

Tapi, hidup memanglah tak selalu menyenangkan
Bagaimana mungkin, mengharapkan laut tanpa ombak
Hidup memang terkadang lucu
Toh, ini hanya suatu tempat pemberhentian sementara
Tak mungkin monoton bukan

Matahari memang ada untuk menghangatkan
Pun, ketika menyengat, ia hanya ingin mengingatkan
Betapa kecil dan tak berdaya manusia itu

Dan, hati.
Ah, dia memang misterius bukan
Memaafkan butuh hati yang lapang
Bukan hati yang dipenuhi kekecewaan
Bukan hati yang dipenuhi penyesalan

Memaafkan.
Memaafkan diri sendiri
Memaafkan orang lain
Tanpa penyesalan
Tanpa kekecewaan
Maka, tak kan lagi ada ketakutan hanya untuk sekedar berbicara pada dunia

-Hikari-
📷AEF

Senin, 02 Juli 2018

Jendela



Malam telah berakhir. Siluet sang surya mulai menampakkan diri. Seolah berkata," Hai anak manusia, kapan kalian memulai hari kalian?"

Siluet itu juga yang menembus jendela tua di sudut kamar. Memperlihatkan betapa langit mengayomi segala apa yang ada di dalamnya.

Seorang anak manusia mulai terbangun dari mimpinya. Beberapa hari ini tidurnya tak lagi nyenyak. Banyak tangisan yang menghantui, pun dengan semua pikiran yang entah ia buat sendiri.

"Hari apa? Ah, hari Ahad. "

Ia memandang keluar jendela. Di luar sana waktu seakan berputar lebih cepat. Tak banyak orang yang bermalas-malasan seperti yang ia lakukan.

"Hei jendela. Maafkan aku, apa kamu mulai jenuh melihatku seperti ini? Maafkan aku yang belum bisa pulih sepenuhnya. Nanti, akan kubuka kau dan kau bisa bercengkrama lagi dengan langit sebebas yang biasa kau lakukan. Untuk saat ini, bantu aku bersembunyi dari langit. Aku sedang tak ingin bertemu dengannya."

Dan hari-hari itu kembali dilalui dengan jendela yang selalu tertutup. Ada sebuah tembok besar yang bernama kekecewaan yang harus dihancurkan agar jendela itu kembali terbuka.


Ah, memang benar. Berharap pada manusia hanya akan memberimu kekecewaan. Itu yang ia ketahui, tapi ia belum bisa untuk tidak berharap pada manusia. Dan inilah hukuman baginya. Dan semoga waktu mau berbaik hati menyembuhkan. Hingga jendela itu kembali terbuka dengan lebar.


-Hikari-
📷AEF