Senin, 02 Juli 2018

Jendela



Malam telah berakhir. Siluet sang surya mulai menampakkan diri. Seolah berkata," Hai anak manusia, kapan kalian memulai hari kalian?"

Siluet itu juga yang menembus jendela tua di sudut kamar. Memperlihatkan betapa langit mengayomi segala apa yang ada di dalamnya.

Seorang anak manusia mulai terbangun dari mimpinya. Beberapa hari ini tidurnya tak lagi nyenyak. Banyak tangisan yang menghantui, pun dengan semua pikiran yang entah ia buat sendiri.

"Hari apa? Ah, hari Ahad. "

Ia memandang keluar jendela. Di luar sana waktu seakan berputar lebih cepat. Tak banyak orang yang bermalas-malasan seperti yang ia lakukan.

"Hei jendela. Maafkan aku, apa kamu mulai jenuh melihatku seperti ini? Maafkan aku yang belum bisa pulih sepenuhnya. Nanti, akan kubuka kau dan kau bisa bercengkrama lagi dengan langit sebebas yang biasa kau lakukan. Untuk saat ini, bantu aku bersembunyi dari langit. Aku sedang tak ingin bertemu dengannya."

Dan hari-hari itu kembali dilalui dengan jendela yang selalu tertutup. Ada sebuah tembok besar yang bernama kekecewaan yang harus dihancurkan agar jendela itu kembali terbuka.


Ah, memang benar. Berharap pada manusia hanya akan memberimu kekecewaan. Itu yang ia ketahui, tapi ia belum bisa untuk tidak berharap pada manusia. Dan inilah hukuman baginya. Dan semoga waktu mau berbaik hati menyembuhkan. Hingga jendela itu kembali terbuka dengan lebar.


-Hikari-
📷AEF

0 komentar:

Posting Komentar